Jumat, 16 Maret 2012
I'M ALMOST DEAD
I'm really sorry for the laziness . I don't have inspiration to write, but i've promised already, so i have to . It's not that i'm forced ya know . There's a lot i wanna write but everytime i tired, i stuck *ooops i blurt it up* and it's not that i don't wanna write or update my blog ya know . So please don't misunderstand and I'm still trying to make my blog looks cooler . Hopefully i can . It's almost impossible but i'll try . Okay then bye now :*
Sabtu, 10 Maret 2012
Laskar Anak Pulau
Di sebuah pulau bernama Pulau Ketam, tumbuhlah sebuah desa yang rakyatnya bersuku Melayu. Di pulau itu tinggallah sebuah keluarga yang sangat miskin. Atan adalah sesosok anak yang sangat semangat untuk bersekolah, namun sayangnya ia adalah seorang anak nelayan miskin yang harus membantu ayah dan ibunya mencari ikan sebelum berangkat sekolah.
Suatu ketika, ayah Atan jatuh sakit dan tidak bisa bekerja mencari nafkah, sehingga Atan harus mengambil alih pekerjaan orang tuanya. Karena Atan melakukan aktivitas itu setiap hari, Atan selalu terlambat tiba di sekolah. Sekolah Atan berada di pulau yang berbeda dari tempat tinggalnya dan ditempuh dengan menyeberang memakai sampan. Saat itu, Atan sudah terlambat untuk ke sekolah, namun uang yang ia punya tidak mencukupi untuk menyewa sampan dan menyebrang ke pulau itu. Karena tidak mendapatkan sampan untuk menyeberang, Atan memaksakan diri untuk berenang. Sesampai Atan di pulau tersebut, Atan terbaring dan badannya sangat lemas, hingga darah keluar dari mulutnya. Namun, ia tetap semangat sampai ke sekolahnya. Ia berusaha masuk ke sekolah tersebut, namun tidak diterima guru karena keterlambatannya yang sudah bersekian kali.
Keesokan harinya, tantangan kian menantang. Ibu Atan bersih keras melarang Atan untuk sekolah, walaupun teman-temannya sudah simpati kepada Atan. Atan terpaksa menuruti perintah ibunya untuk terus melaut. Ia segera menyelesaikan pekerjaanya, diam-diam ia mengambil perahu dan pergi menyebrangi laut. Tak ada yang menyangka, sampan Atan terbalik. Dengan penuh perjuangan dia berusaha menyelamatkan sampan dan akhirnya bisa tiba di pantai. Nasib Atan tak berubah, sang guru tidak menerima Atan karena belum membeli seragam dan terlambat datang ke sekolahan, teman-temannya pun menertawakan Atan. Atan sangat putus asa. Dia duduk dengan resah di depan dermaga kayu. Tiba-tiba dia melempar bukunya begitu kuat ke udara. Hingga beterbangan ke atas udara membentuk kurva lalu berjatuhan di atas laut. Pipinya lambat laun dibahasi air mata.
Hari demi hari Atan jalani menjadi tulang punggung keluarganya. Nasib Atan ternyata mendapat simpati dari teman-temannya. Namun Atan menolak bantuan yang dikumpulkan dari teman-temannya itu. Atan dan keluarganya merasa dilecehkan. Atan pun pergi ke sekolah tersebut dan berniat untuk mengembalikan bantuan yang diberikan dari sekolah. Bagi Atan harga diri jauh lebih penting dari uang. Meski demikian, teman-teman Atan tidak patah semangat. Kunjungan Walikota untuk meresmikan perpustakaan sekolah, mereka manfaatkan untuk menyampaikan nasib Atan dan kondisi anak-anak yang tidak bersekolah dipulau tersebut. Upaya teman-teman Atan menuai hasil. Walikota berjanji untuk membantu biaya pendidikan Atan.
Lain cerita, saat Atan sedang menjala ikan di laut, adiknya menghampiri dan mengajak Atan ke sebuah puskesmas yang ternyata bahwa ayahnya sedang sekarat. Keluarganya sangat sedih, Atan sangat putus asa ketika mendengar ayahnya telah meninggal dunia. Ibu Atan berinisiatif pergi ke kota untuk mencari nafkah dan meninggalkan Atan. Atan hidup sebatang kara, namun teman-temannya tetap menyemangati Atan.
Atan hidup sebatang kara di pulau itu. Walikota dan sekolah hendak memberikan biaya pendidikan kepada Atan. Namun Tuhan berkehendak lain, tubuh Atan sudah tidak kuat untuk hidup karena penyakitnya yang semakin hari semakin parah. Atan pun meninggal saat sedang membaca surat pemberiaan ibunya itu.
Langganan:
Komentar (Atom)
